SOFTSKILL ILMU BUDAYA DASAR


Disusun Oleh :
Nama : Nola Aditya
NPM  : 17219284
Kelas : 1EA19


PROGRAM SARJANA EKONOMI – MANAGEMENT
2019



MANUSIA dan CINTA KASIH


1. PENGERTIAN MANUSIA

Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata“ manu” ( Sanskerta ), “mens”
( Latin ), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok ( Genus ) atau seorang individu.


2.  ARTI CINTA KASIH

Menurut kamus bahasa Indonesia karya W.J.S Poerwadarminta, Cinta adalah rasa sangat suka atau rasa sayang ataupun rasa sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada seseorang atau menaruh belas kasihan.
Dengan demikian, arti cinta dan kasih itu hampir sama sehingga dapat dikatakan kata kasih lebih memperkuat kata cinta. Karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan perasaan belas kasihan.
            Walaupun cinta dan kasih mengandung arti yang hampir bersamaan, keduannya memiliki perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam, sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, sifatnya mengarah kepada orang atau dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan dengan kata sayang, kata ini mengandung pengertian lebih nyata dalam wujud cinta seseorang.
            Menurut tipologi Heymans, seseorang yang banyak memiliki cinta kasih termasuk dalam tipe kholerikus. Orang yang tergolong dalam tipe ini tidak mau diam dan selalu memiliki keinginan untuk berbuat sesuatu, dan kegiatannya selalu terarah kepada rasa sosiabilitas yang tinggi. Mereka memiliki rasa belas kasihan, suka menolong sebagai pertanda rasa kasihnya kepada orang lain. Selain tipe kholerikus , manusia tipe gepassioneerd juga memiliki sifat yang penuh cinta kasih  walaupun ia tergolong keras dan berdisiplin tinggi. Mereka orang orang baik hati yang mau berbuat sesuatu untuk orang lain atas dasar cinta kasih.

2.1    MACAM – MACAM CINTA

           1. Cinta Kepada Allah

Diantara objek-objek pemujaan , ada yang ditujukan kepada Yang Mahakuasa, yang bersifat pemujaan tertinggi. Pemujaan tersebut dilakukan oleh manusia religius atau manusia agama, yaitu orang-orang yang menitikberatkan kehidupannya pada Yang Mahakuasa. Pemujaan terhadap Yang Mahakuasa disebabkan adanya kesadaran manusia atas kekuasaan dan kemampuan yang lebih tinggi dari kekuasaan dan kemampuannya, Yaitu kekuasaan dan kemampuan yang dapat menentukan hidup matinya seluruh makhluk dimuka bumi ini. Begitu tinggi pemujaan itu diberikan sehingga manusia berkeyakinan bahwa selama hidup didunia ini, mereka harus berbuat baik sesuai dengan perintah yang Mahakuasa dan menghindarkan diri dari laranganNya. Mereka yakin ada kehidupan surga dan neraka setelah mati nanti, yang berbuat baik tempatnya di surga, sebaliknya yang melanggar perintahNya akan ditempatkan di neraka. 

2. Cinta Diri Sendiri

Ada juga kasih sayang yang bersumber pada cinta diri sendiri (self love). Telah dikemukakan, bahwa disamping mencintai sesama manusia, seseorang perlu memiliki cinta kepada diri sendiri. Banyak orang menafsirkan bahwa cinta kepada diri sendiri didentikan dengan egoistis. Apabila maksudnya demikian, maka cinta diri sendiri bernilai negatif.
Tetapi, apabila diartikan cinta diri sendiri dengan mengurus diri sendiri sehingga kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi secara wajar, maka cinta diri sendiri bernilai positif. Kita adalah orang pertama yang wajib mengurus diri sendiri. Contoh cinta diri sendiri yang mengandung niali negatif, misalnya seorang ibu yang tidak mau hamil karena tidak ingin tubuhnya yang indah menjadi rusak akibat kehamilannya.

            3. Cinta Erotis

Kasih sayang yang bersumber dari cinta erotis (sifat kebirahian) merupakan suatu yang sifatnya eksklusif (khusus) , sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal ini disebabkan letak antara cinta dan nafsu yang tidak berbeda jauh.
Padahal keduanya sangat bertolak belakang sifatnya . kasih sayang dalam cinta erotis merupakan kontak seksual yang asli sedangkan kasih sayang yang ideal adalah yang bersumber pada cinta. Oleh karena itu , dalam kehidupan rumah tangga yang diikat dengan tali perkawinan bila seorang suami tidak mampu menikahi istrinya secara rohaniah, maka dalam dirinya akan timbul beban mental . ia akan merasa berdosa atas kekurangannya, begitu juga sebaliknya, berdosalah seorang istri jika tidak mau melayani kehendak seksual suaminya. Oleh karena itu, timbul rasa tidak puas antara suami dan istri dalam hubungan seksual, sehingga akan menimbulkan kerenggangan hubungan yang dapat berakhir dengan perceraian.
Jika kasih sayang sebagai perwujudan cinta erotis dapat menjadi pengikat erat dalam hubungan suami istri. Apalagi bila mereka sudah dikaruniai anak.

            4. Cinta Keibuan

Kasih sayang yang bersumber pada cinta keibuan, terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memperoleh benih anak dari suaminya tercinta akan memelihara anaknya secara hati-hati dan penuh kasih sayang demi keselamatan keturunanya. Setelah anak lahir melalui penderitaan yang hebat, dirawat dan diasuhlah sang mutiara hati itu dengan penuh kasih sayang. Selain ibu rasa cinta keibuan juga dimiliki oelh guru taman kanak-kanak atau perawat, juga mereka yang menggantikan fungsi seorang ibu, mereka yang mengajar anak-anak atau memelihara orang sakit dengan penuh kasih sayang.

5. Cinta Persaudaraan

Cinta persaudaraan diwujudkan manusia dalam tingkah laku atau perbuatan. Cinta persaudaraan tidak mengenal batas suku bangsa ataupun agama. Dalam cinta ini semua manusia adalah sama, yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah . Atas cinta yang demikianlah , seseorang tidak mempunyai rasa pamrih untuk berbuat baik kepada sesamanya.


2.2    KEMESRAAN

Kemesraan berasal dari kata mesra, yang menurut kamus umum bahasa  indonesia berarti sangat erat atau karib, sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan bersumber pada rasa cinta kasih dan merupakan realisasinya yang nyata.
Kemesraan dapat diartikan keakraban karena kata akrab, asal katanya juga berarti karib . Dengan demikian , kemesraan atau keakraban berarti keadaan yang mempererat hubungan. Kemesraan atau keakraban yang dilandasi dengan cinta dapat muncul daam sifat sifat romantik, terutama tampak dalam wujud gerak atau tingkah laku yang sedang bermesraan.
Untuk mewujudkan kemesraan atau keakraban yang sempurna diperlukan beberapa cara, antara lain dengan kontak mata, berbicara, dan bersentuhan. Selain tiga hal tersebut , untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi perlu dipergunakan seni mencintai. Manusia mempunyai cara atau seni tersendiri dalam mewujudkan kemesraan yang merupakan kebutuhan psikis untuk mencintai atau dicintai.
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur dan secara umum dibedakan atas remaja, rumah tangga, dan manusia lanjut usia (manula) seprti berikut :

           1.      Kemesraan Pada Tingkat Remaja
Kemesraan pada tingkat remaja pada umumnya terjadi ketika remaja berada dalam masa pubertas, tegasnya pada masa genetal pubertas, yaitu masa dimana remaja memiliki kematangan organ kelamin, yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat (heterosexual). Pada saat itu, cinta erotis akan berkembang dan bila tidak sadar atau hati-hati, mereka dapat dengan mudah terjerumus kedalam nafsu semata-mata. Secara alami (Intern) keadaan wanita berbeda dengan pria dalam mewujudkan kemesraan. Hal ini terjadi karena :

a.       Unsur erotik pada wanita lebih lama dan penghayatannya lebih intensif. Sebaliknya, unsur erotic pada pria lebih cepat. Akibatnya, pada wanita kehidupan fantasinya mengarah pada imajiner, sedangkan pada pria mengarah pada kehidupan real.
b.      Wanita cenderung membawa persoalan kedalam, yaitu pada diri sendiri, sedangkan pria, lebih mengarah pada penguasaan dunia luar. Akibatnya, intuisif pada wanita sangat halus dan tajam, tetapi subjektifitasnya lebih besar dan agresif. Itulah sebabnya, pria dalam melakukan kemesraan pria jauh lebih agresif daripada wanita yang cenderung pasif menunggu. Sehingga dirasakan ganjil bila wanita lebih dulu menyatakan cintanya. Secara sosial hal ini sering dijumpai , tetapi pada umumnya masyarakat mencela.

Akan tetapi, kehidupan nyata telah membuktikan nyata telah membuktikan pada masa terakhir ini, pria mulai dikalahkan peranannya oleh wanita.  Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut antara lain adalah :
a.       Jumlah wanita lebih banyak dari pada pria.
b.      Masyarakat dan pemerintah mengarah pada perkawinan monogami, yaitu perkawinan satu orang wanita dan satu orang pria.
c.       Emansipasi wanita dan kemunduran kaum pria mulai terjadi dalam banyak hal, seperti persamaan kedudukan sebagai pegawai kantor. Baik pangkat maupun gaji, banyaknya wanita yang lebih maju dalam karir sehingga pria tertinggal. Secara sadar atau tidak, terjadilah semacam perjuangan untuk memperoleh suami sehingga diperlukan sifat yang progresif dikalangan dikalangan kaum wanita.
            2.     Kemesraan Dalam Rumah Tangga
Kemesraan juga terjadi dalam rumah tangga. Dalam tradisi lama, perjodohan ditentukan oleh orang tua atau keluarga, atau diistilahkan sebagai kawin paksa sehingga anak yang dijadohkan harus menurut. Pada umumnya, hal ini disebabkan keinginan keluarga untuk memelihara hubungan dengan keluarga  untuk memelihara hubungan dengan keluarga lain melalui putra-putrinya. Alasannya demi menyatukan tulang-tulang yang berserakan  atau menjaga harta benda keluarga agar tidak lari ketempat lain. Dengan cara tersebut, cinta kasih yang biasa mengawali perkawinan tidak pernah terjadi. Diharapkan justru setelah mereka menikah, cinta kasih yang didambakan dapat terjalin.
Dalam tradisi baru, pemilihan jodoh dilakukan oleh mereka yang ingin berumah tanggadengan alasan bahwa rumah tangga akan bahagia dan sentosa apabila dilandasi dengan rasa cinta. Orang tua atau keluarga masa kini cenderung memakai cara kedua ini sehingga tidak jarang terjadi perkenalan antara kedua keluarga pada saat terakhir sebelum perkawinan dilangsungkan. Kedua cara tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, tetapi semua tergantung pada manusianya .
Walaupun demikian, pada masa tertentu adakalanya suatu rumah tangga sulit dipertahankan untuk berjalan seperti pada mulanya. Salah satu penyebab umumnya adalah menopause, yaitu berhentinya haid pada istri yang disebut juga klimaktorium yaitu masa perubahan setelah mencapai puncak, terjadi pada usia sekitar 45 – 50 tahun. Pada masa-masa tersebut rumah tangga sering mengalami krisis sehingga cinta kasih antara suami-istri menjadi tidak harmonis lagi. Ada tiga penyebab yang mempengaruhinya, yaitu masalah fisik, psikis dan sosial, seperti yang diuraikan berikut ini :

           a.       Faktor Fisik
Dalam usia 45 tahun, istri mulai tampak tua, apalagi bila ia telah berhenti haid, ia merasa nafsu seksnya berkurang dan merasa bahwa tugasnya sebagai seorang wanita untuk memproduksi keturunan sudah berakhir. Sebaliknya, pria dalam usia tersebut merasa fisiknya justru sedang hebat-hebatnya, life begin at fourty dikatakan bahwa pada waktu ini pria sedang mengalami masa puber kedua. Pada masa ini mereka sedang disimpang jalan.
            b.      Faktor Psikis
Dalam usia sekitar 45 tahun, istri mulai merasakan kejenuhan dalam menghadapi soal partner yang tetap (suami), sehingga terjadi keengganan untuk melayani kebutuhan rohani seorang suami. Demikian pula dengan suami, sehingga ketika istri mulai enggan, suami mencari partner yang lain, baik untuk dijadikan istri muda atau istri simpanan atau hanya sekedar main-main dengan wanita yang lebih muda dan lebih menarik dari istrinya, terutama yang mampu melayani kebutuhannya.
           c.       Faktor Sosial
Faktor sosial disini timbul karena peralihan titik perhatian istri. Sewaktu mulai berumah tangga perhatiannya dipusatkan hanya pada suami saja, maka dalam usia sekitar 45 tahun perhatiannya mengarah pada kepentingan anak-anak atau cucu-cucunya. Sementara, suami dalam usia ini, mulai memperhatikan karier atau hubungannya dengan masyarakat juga mengalihkan perhatiannya dari istrinya pada pekerjaannya  ataupun organisasi sosial.

Bagi keluarga yang kurang memiliki pengetahuan tentang masalah kondisi fisik atau psikis masing-masing tentunya akan saling menyalahkan, hingga kadang-kadang berakibat buruk bahkan menyebabkan perceraian. Kondisi demikian menjadi penyebab kehancuran yang bukan saja merugikan mereka, tetapi juga anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang mengerti persoalannya dan amu mempertahankan keutuhan keluarga, masing-masing mengintrospeksikan diri, sehingga terjadi saling pengertian tanpa melepas faktor kasih sayang sebagai perekat kuat dalam kerukunan dan keharmonisan rumah tangga.

           3.      Kemesraan Manusia Lanjut Usia (Manula)
Kemesraan juga dapat diteruskan dalam masa manusia usia lanjut (manula) pandangan lama mengatakan, bahwa kalau manusia sudah usia lanjut tidak pantas lagi bermesraan. Apabila dilakukan, akan menjadi tertawaan anak, cucu dan cicitnya. Pandangan demikian sudah tidak sesuai lagi dengan zaman sekarang yang justru dalam keadaan tersebut, kemesraan harus tetap dipelihara, tentu saja dengan cara yang berbeda. Kemesraan bagi manula dapat diwujudkan dalam makan, duduk, jalan-jalan, menonton televisi atau membaca koran bersama-sama. Alangkah bahagianya apabila pasangan ini dapat merayakan kawin tembaga (12,5 tahun), kawin perak (25 tahun), kawin emas (50 tahun) apalagi kawin berlian (60 tahun) diantara ramainya anak, cucu, cicit. Mereka akan menjadi contoh teladan bagi keturunannya.

 Apabila membandingkan kekeluargaan timur dan barat, kita akan melihat perbedaan yang mencolok. Dapat dikatakan kekeluargaan di timur bersifat kebersamaan (kolektif), sedangkan di barat bersifat individu (egoistis), hal ini disebabkan struktur sosial yang memang berbeda.  Di timur, kekeluargaan bersifat sangat akrab walaupun merupakan keluarga besar (big family), sedangkan di barat kekeluargaan dirasakan kurang keakrabannya walaupun mereka umumnya keluarga kecil (nuclear family). Perbedaan lain, di timur memiliki kecenderungan untuk selalu melindungi anak ataupun cucu (overprotected),  sedangkan di barat cenderung cepat memandirikannya. Misalnya, kebiasaan keluarga timur untuk menidurkan bayi atau anak-anaknya diantara ayah ibunya, sedangkan pada keluarga barat, bayi apalagi anak yang lebih besar harus tidur sendiri. Hal lain yang menunjukan perbedaan adalah di keluarga timur, hubungan anak dan orang tua akan berlanjut sampai tua, sedangkan di keluarga barat, hubungan itu terputus setelah anak-anak berumah tangga.

      3.      HUBUNGAN MANUSIA DAN CINTA KASIH

Manusia dan cinta kasih tidak dapat dipisahkan karena memang keduanya sangat berkaitan. Manusia normal mempunyai rasa cinta dan kasih kepada orang terdekatnya. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu ikatan antar setiap manusia sebagai aplikasi dari cinta kasih. Ikatan itu bisa berbentuk tali persaudaraan, perkawanan, persahabatan, dan cinta kasih antara manusia bahkan ada cinta kasih terhadap makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tanaman.  Manusia membutuhkan manusia lain dan tidak bisa untuk hidup secara individualis total. Jika diibaratkan seperti makhluk hidup dan air, semua makhluk hidup sangat membutuhkan air untuk bertahan hidup makhluq hidup tanpa air akan kehausan dan sulit untuk bertahan hidup, begitupun Manusia tanpa cinta kasih bagaikan manusia tanpa perasaan dan akan membuat manusia itu berdarah dingin dan tidak peduli dengan lingkungan yang ada disekitarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh Kasus Penyimpangan Good Corporate Governance (GCG) Dalam Etika Bisnis

Contoh Kasus Pelanggaran Etika Bisnis Terkait Perizinan

6 Rekomendasi Film, Series, dan Drama Bertema Sekolah